- “Biarkanlah AKU dengan hamba-hambaKU. Kalau mereka bertaubat pada-KU, maka AKU kekasih mereka. Kalau mereka tidak bertaubat pada-KU, maka AKU tabib mereka”.
Apabila dalam keadaan ridha kepada kita, Allah Swt. menjadi kekasih yang cinta-Nya menebarkan wangi-wangian tiada tara harumnya. Sebaliknya, dalam keadaan kecewa terhadap kita, Allah Swt. seolah-olah seorang tabib yang ikut merasa sedih dan memberikan sentuhan seorang dokter. Jadi tidak mungkin merupakan sumber kengerian dan ketakutan. Maka Maha Suci Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sambutlah DIA dengan penuh rasa hormat sebagai Kekasih. Berbanggalah menerima-Nya sebagai Tabib.
Dengan bimbingan dan pengarahannya, beliau tidak bermaksud memaksakan pendapatnya atau menggiring kita mengikuti pendiriannya. Namun sebaliknya,beliau ingin menyempurnakan rahmatnya itu bagi manusia, menjauhkan mereka dari kesalahan. Agar jangan sampai mereka tergelincir oleh pengaruh buruk dari keadaan.
- “Orang-orang beriman melihat dosa mereka seperti orang yang sedang duduk-duduk dibawah sebuah gunung yang senantiasa takut kalau-kalau gunung itu jatuh menindihnya.”
- “Sedangkan orang-orang kafir, menganggap dosa mereka bagaikan seekor lalat yang hinggap di batang hidungnya, yang dengan mudah bisa dihalau dengan kibasan tangannya.”
- “Perumpamaanku dengan para nabi, adalah seperti perumpamaan seseorang yang membangun sebuah rumah. Dia menata dengan bagus dan sempurna. Kecuali masih ada satu ruang kosong tempat bata. Banyak orang masuk kedalam bangunan tersebut dan mengaguminya seraya berkata: Kalau seandainya bukan karena tempat bata itu (masing kosong), maka akan jauh lebih bagus. Selanjutnya Rasulullah saw. bersabda: Aku adalah yang (diibaratkan) sebagai bata tersebut. Aku datang sekaligus sebagai penutup para nabi-nabi."(Shahih Muslim No.4240)
- “Sesungguhnya perumpamaanku sebagai utusan Allah adalah seperti seorang lelaki yang mendatangi kaumnya seraya berkata: "Wahai kaumku! Sesungguhnya kau telah melihat dengan mata kepala sendiri sepasukan tentara dan sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang tidak bersenjata, maka carilah keselamatan. Sebagian kaumnya ada yang mematuhi lalu pada malam hari mereka berangkat (menyelamatkan diri) dengan tidak terburu-buru. Sebagian yang lain mendustakan hingga keesokan paginya mereka masih berada ditempat semula maka diserbulah mereka oleh pasukan tentara tadi lalu dimusnahkan dan dibantailah mereka. Itu adalah perumpamaan orang yang patuh-taat kepadaku dan mengikuti ajaran yang aku bawa serta perumpamaan orang yang durhaka kepadaku dan mendustakan kebenaran yang aku bawa." (Shahih Muslim No.4233)
- “Sesungguhnya perumpamaanku dan umatku adalah seperti seorang yang menyalakan api yang mengakibatkan binatang-binatang melata dan nyamuk terperangkap ke dalam api tersebut. Aku sudah berusaha memegang ikat pinggang kalian namun kalian malah menceburkan diri ke dalamnya." (Shahih Muslim No.4234)
- “Adapun saya dengan kalian, perumpamaannya adalah bagaikan orang yang sedang menyalakan api. Lantas datanglah belalang dan kupu-kupu berjatuhan kedalam api, sementara orang itu berusaha mencegah. Saya berupaya menghadang kalian dari api itu, sementara kalian berusaha melepaskan diri dari saya!”
Pada taraf terakhir,Rasulullah pun mengembalikan segala sesuatu pada rahmat Allah jua. Bukan pada amal perbuatan orang, sekalipun amalnya baik. Karena amal kebajikan kita, bagaimanapun besar dan banyaknya, takkan mungkin mampu mengimbangi satu nikmat pun dari sekian banyak nikmat Allah yang maha besar itu.
Demikianlah pribadi MUHAMMAD. Beliau tidak lupa daratan dan ‘ujub (bangga dengan diri sendiri) dengan ibadat dan ta’at yang telah dipersembahkannya pada Allah Swt., walaupun ibadatnya itu bisa mengubah keseimbangan piring timbangan amal dan dosa. Karena beliau tahu bahwa nikmat itu semuanya datang dari Allah. Dan jika beliau telah mendapatkan tuntutan -dihapuskan dosanya yang telah lalu dan yang akan datang-, semua itu karena kemurahan Allah semata. Dalam hal ini beliau menyadari posisi beliau terhadap orang lain yang sedang membutuhkan hidayah. Beliau tidak memaksa atau meremehkan mereka. Akan tetapi beliau berupaya menyeru dengan penuh rasa kasih-sayang, mendoakan mereka dan menonjolkan segi baik yang ada pada mereka sekalipun sangat kecilnya. Kebaikan mereka itu selalu diingat-ingatkannya dan bertolak dari kebaikan mereka itu, jiwa mereka dibangkitkan...dan kepercayaan diri mereka di pupuk.
- “Jangan kalian mengutuknya. Dia cinta pada Allah dan pada Rasul-Nya!”
- Terhadap individu: Agar orang jangan sampai dikuasai dosa yag dilakukannya.Agar jangan sampai tejerumus ke dalam keresahan jiwa yang bakal merusak ketenangan hidupnya.
- Terhadap masyarakat luas: Karena masyarakat yang anggota-anggotanya tidak mengindahkan hak-hak yang sudah ditetapkan syariat, dan tidak saling mengingatkan agar melakukan keutamaan dan kebajikan (amar nahi munkar), maka masyaakat itu akan hancur dan porak poranda dengan sendi rinya.
“Perumpamaan orang-orang yang memelihara hudud-hudud Allah dan orang yang terperosok ke dalamnya, adalah seperti kaum yang sedang berada dalam sebuah kapal. Sebagian di bagian atas dan sebagian lagi di bagian bawah (lambung) kapal. Orang-orang yang di bagian bawah, kalau mau minum, harus melalui orang-orang yang berada di bagian atas. Lantas kata mereka: “Kalau kita lubangi dinding kapal bagian bawah, tentu kita tidak usah mengganggu orang-orang yang di atas kita.” Jika kenginan mereka itu di biarkan terlaksana, tentu celakalah semua mereka. Akan tetapi kalau keinginan mereka itu dicegah, maka selamat pula mereka itu.”
0 Komentar