ARTI MUKJIZAT
Dalam buku Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an karya syaikh Manna’ Alqaththan, kata mukjizat (mu’jizat) berasal dari kata I’jaz yang artinya menetapkan kelemahan, yaitu ketidak mampuan mengerjakan sesuatu. Lawannya adalah Qudrah yaitu potensi, power, kemampuan. Apabila kemukjizatan muncul, maka nampaklah "mu’jiz" sesuatu yang melemahkan, sehingga tidak mampu lagi menentang kebenaran Al-Qur’an.
Artinya, mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa disertai dengan tantangan dan tidak dapat dilawan.
Mukjizat Al-Qur’an digunakan oleh nabi Muhammad SAW untuk menantang orang-orang Arab, tetapi mereka tidak sanggup menandinginya, padahal ketika itu sastra Arab sedang berada pada puncak ketinggian Fasahah dan Balaghoh, lugas dalam berbahasa.
Derajat suatu kabilah/suku akan jatuh (dianggap hilang, gugur) jika tidak memiliki seorang penyair handal, dan sebaliknya akan dihormati dan melambung tershohor jika memiliki orator ulung.
Rahasia apakah yang terdapat dalam Mukjizat Al-Qur’an?
Sebelum Muhammad diutus menjadi nabi, manusia cenderung tertarik pada hal-hal yang bersifat indrawi dan materi ketimbang ilmu pengetahuan. Seiring dengan perjalanan waktu, barulah kemudian akal manusia bergerak ke arah berpikir rasional.
Allah menetapkan bahwa Al-Qur’an mengandung mukjizat yang dapat melemahkan mereka. Allah menantang mereka untuk membuat ayat-ayat yang serupa dengan Al-Qur’an, meskipun bersatu seluruh jin dan manusia, dipastikan niscaya tidak akan mampu.
Berita-berita yang terdapat dalam Al-Qur’an baik cerita umat terdahulu, maupun ramalan masa depan, berita hari kiamat dan lain-lain adalah berita benar yang bersumber dari Allah. Bukan dari nabi Muhammad SAW, sebab beliau adalah seorang yang buta aksara, tidak mengerti baca tulis (ummi).
Mukjizat Al-Qur’an bagi bangsa-bangsa selain Arab adalah sesuatu yang tetap berlaku sepanjang zaman, dan akan selalu dalam posisi menantang. Misteri yang diungkap ilmu pengetahuan modern hanyalah sebagian dari hakekat yang tinggi tentang eksistensi pencipta jagad raya, yaitu Rabb, yang menurunkan Al-Qur’an. Pengetahuan akan rahasia-rahasia ilmu seharusnya mengantarkan kepada hidayah. Itulah yang terjadi kepada para penyihir Fir’aun yang kemudian beriman kepada nabi Musa AS. Penyihir Fir’aun mengakui kelemahannya di hadapan kebenaran yang dibawa oleh Nabi Musa AS. Kisah ini diceritakan dalam Al-Qur’an yang masanya terbentang ribuan tahun dengan zaman Nabi Muhammad.
Al-Qur’an adalah kitab aqidah dan hidayah, mukjizat Al-Qur’an bukan hanya terletak pada cakupan teori-teori ilmiah yang selalu baru, berubah dan merupakan hasil usaha manusia dalam penelitian dan pengamatan. Tetapi Al-Qur’an ustru mendorong semangat berpikir manusia untuk menggunakan akal pemberian Allah. Sebab dengan akal itulah manusia menjadi lebih mulia dari makhluk Allah yang lain. Al-Qur’an dengan mukjizatnya tidak mengebiri aktifitas dan kreatifitas akal manusia, namun mendorong menggunakan akalnya untuk membuka misteri-misteri alam semesta yang fenomenanya telah Allah isyaratkandalam Al-Qur’an.
Mukjizat Al-Qur’an seharusnya membuat seorang ilmuan makin menunduk dan mengakui kebesaran Allah dan kelemahan dirinya. Begitulah Al-Qur’an sebagai kitab aqidah dan hidayah, menuntun manusia ke jalan yang benar. ~ Ummu Habibah
Lalu, apa sajakah mukizat Al-Quran itu?
Berikut hanya sebagian dari arsip catatan tentang mukjizat Al-Quran yang tersedia di blog ini.
Berikut hanya sebagian dari arsip catatan tentang mukjizat Al-Quran yang tersedia di blog ini.
Al-Quran, Mukjizat
0 Komentar