Dari Judul Asli: PENGANTAR MEMAHAMI HADITS DAN ORIENTALIS

Hadits dalam berbagai kalangan dan istilah sering disebut dengan sunnah, khabar, atsar. Keempat term tersebut ada yang mengartikan dengan arti yang sama dan ada yang mengartikan dengan arti yang berbeda.
Hadits secara bahasa adalah sesuatu yang baru. Sedangkan secara istilah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan maupun sifat, baik ketika Nabi sedang tidur maupun tidak tidur, serta himmah.
Hadits secara bahasa adalah sesuatu yang baru. Sedangkan secara istilah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan maupun sifat, baik ketika Nabi sedang tidur maupun tidak tidur, serta himmah.
Penjelasan Nabi Muhammad yang terwujud dalam bentuk hadits Rasulullah Saw merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah al-Quran. Ia bukan hanya sebagai penjelas terhadap isi kandungan Al-Quran yang masih bersifat universal dan global, tetapi juga merupakan ungkapan-ungkapan, pesan serta tindakan-tindakan yang lahir dari seorang Nabi dan Rasul.
Di antara kelebihan Nabi Muhammad dari siapapun yang pernah lahir ke dunia adalah prioritasnya sebagai penjelas lebih lanjut tentang apa yang ada di dalam Al-Quran sebagai kitab suci yang sempurna, paling baik dan yang tidak diragukan lagi kebenarannya, untuk dijadikan sebagai pedoman hidup sehingga dapat memberi keputusan bagi manusia dalam perkara yang mereka perselisihkan. Hal ini sebagaimana isyarat dalam Al-Quran, sebagai berikut:
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
"Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi Keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang Telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, Karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus." (QS. Al-Baqarah: 213)
Penjelasan dan penjabaran Nabi yang terwujud dalam bentuk hadits telah menjadi sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Quran, dan telah menjadi kajian serius di kalangan kaum terpelajar Islam. Bahkan telah menjadi suatu bidang ilmu yang terus dicari kebenarannya, yang mana sesungguhnya kata-kata yang berjumlah ratusan ribu itu yang betul-betul bersumber dari manusia pilihan, yaitu Nabi Muhammad Saw.
Dalam perkembangan selanjutnya, tidak semua hadits tertulis pada zaman Nabi Muhammad Saw, hal ini disebabkan karena pada suatu kesempatan tertentu Nabi menyuruh agar menghapus seluruh catatan yang ada selain catatan dari Al-Quran, sebab dikhawatirkan akan bercampur dengan Al-Quran. Sebaliknya, pada kesempatan yang lain Nabi pernah menyuruh untuk menulis hadits karena Nabi menyatakan apa yang keluar dari lisannya adalah benar, karena itu Nabi tidak keberatan bila haditsnya ditulis. Ultimatum mengenai larangan menulis hadits di satu sisi dan membolehkan menulis hadits di sisi yang lain, dilakukan Nabi dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ayat-ayat Al-Quran sudah turun dan banyak yang sudah menghafalnya, sehingga rasulullah merasa tidak khwatir lagi akan bercampur aduk di antara keduanya. Pemberian izin penulisan hadits melalui sabdanya yang artinya:
“Tulislah dari saya, demi dzat yang diriku di dalam kekuasaan-Nya, tidak keluar dari mulutku kecuali yang benar (hak)”
“Tulislah dari saya, demi dzat yang diriku di dalam kekuasaan-Nya, tidak keluar dari mulutku kecuali yang benar (hak)”
Larangan penulisan hadits yang semula dilakukan oleh rasul telah dinasakh oleh hadits yang membolehkan untuk melakukan penulisan hadits tersebut, sehingga sepeninggal beliau para sahabat berusaha keras untuk mengumpukan hadits-hadits yang telah ditulis oleh sebagian para sahabat dengan digabung/dicocokkan dengan hafalan mereka yang sangat kuat. Setelah rasul wafat, perkembangan penulisan hadits ini berlanjut pada masa khulafaur rasyidin dan dan pemeritahan khilafah seterusnya.
Pada masa Ali bin Abi Thalib terdapat usaha penulisan serta penelitian hadits. Mulai masa inilah terdapat usaha-usaha pemalsuan hadits. Berdasarkan data sejarah yang ada, pemalsuan hadits tidak hanya dilakukan oleh orang-orang Islam saja, melainkan juga telah dilakukan oleh orang-orang non Islam yang di dorong keinginan untuk meruntuhkan Islam dari dalam. Sedangkan orang-orang Islam membuat hadits palsu karena mereka didorong oleh berbagai tujuan yang secara garis besar ada dua tujuan, yaitu bersifat duniawi dan bersifat agamawi.
Di lain pihak, tidak semua hadits yang berkaitan dengan ayat tertentu dapat dijadikan penjelas, karena dalam perkembangannya tidak sedikit ditemukan hadits-hadits palsu yang sengaja dimunculkan oleh perawi-perawi hadits yang tergolong pendusta dan berakhlak tidak terpuji. Oleh karena itu keberadaan hadits yang dapat dijadikan pegangan harus pasti keakuratannya dan keshahihannya serta kemurniannya.
Dalam perkembangan selanjutnya, menurut penelitian para ulama, seseorang yang membuat hadits palsu ada yang karena sengaja dan ada yang karena tidak sengaja. Di sengaja karena ada maksud di balik unsur kesengajaannya itu, baik bersifat duniawi maupun agamawi, sedangkan tidak di sengaja itu bisa jadi dikarenakan ketidaksadaran, kelupaan atau memang karena ketidaktahuan. Meskipun tujuan seseorang membuat hadits palsu itu di samping ada yang negatif ataupun yang terlihat pada umumnya bersifat positif, namun dalam hubungan ini harus dinyatakan bahwa apapun latar belakang dan tujuan tersebut, dalam pembuatan hadits palsu tetap merupakan perbuatan yang tercela dan menyesatkan.
Untuk itu, dalam rangka menyelamatkan hadits di tengah-tengah berkecamuknya pembuatan hadits palsu, maka ulama hadits menyusun berbagai kaidah penelitian hadits, dengan tujuan utama adalah untuk meneliti keshahihan matan hadits. Sedangkan untuk kepentingan penelitian sanad hadits tersebut, disusunlah kaidah keshahihan sanad hadits sehingga ditemukanlah hadits yang shahih, hasan, dan dhaif. Dengan demikian banyak hadits yang mardud (tertolak) karena cacat pada matan dan sanadnya.
Penelitian yang dilakukan untuk mengkaji hadits tersebut ternyata tidak hanya dilakukan oleh umat Islam saja, namun juga dilakukan oleh pihak orientalis. Orientalis dalam melakukan pengkajian terhadap Islam terbagi menjadi 2 golongan, mereka ada yang murni mencari kebenaran, namun sebagian besar dari mereka adalah bermotif ingin mencari kelemahan Islam dan menghancurkan Islam. Dalam tataran obyektif, jika umat Islam mengkaji tulisan atau karya orientalis, ternyata mereka juga sangat berperan penting dalam pengembangan studi Islam. Dengan menggunakan metode ilmiah yang diterapkan mereka telah memiliki andil dalam penyusunan kamus dan ensiklopedi salah satunya adalah hadits Nabi.
Namun, kalangan orientalis yang berusaha untuk mencari kelemahan Islam, ternyata telah melontarkan tuduhan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Apalagi terhadap hadits Nabi, karya Ignaz Goldziher yang berupa Muhammedanische Studien, tampaknya telah menjadi buku suci dalam kalangan orientalis. Selain dia, masih ada Joseph Schacht dengan teori projetting back-nya dan masih banyak nama-nama yang lain. Namun yang tampak menjadi raksasa orientalis adalah dua orang tersebut. Para orientalis tersebut membawa seperangkat metodologi kritik hadits yang belum pernah terdengar sebelumnya. [Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I]
Lebih jauh tentang hadits, berikut beberapa tulisan dalam kategori Pengantar Hadits dan Hadits-Hadits Rasulullah SAW yang kerap menjadi objek perbincangan antara pendukung orientalis dan umat Islam, maupun di antara umat islam sendiri.
Pengantar Hadits
Hadits
Hadits Online
0 Komentar