TIGA WASIAT RASULULLAH SAW TENTANG HABLUM MINALLAH
DAN HABLUM MINANNAS
Pernahkah anda mendengar kata Jawami’ul Kalim? Istilah tersebut artinya: bahasa yang singkat, namun memiliki makna yang luas dan sangat mendalam. Hal inilah yang sering dijumpai dalam sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Berikut ini adalah salahsatu hadits yang Jawami’ul Kalim,
عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ ” رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحي
“Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan (keburukan). Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia.” [HR. At-Tirmidzi, dan dia berkata: Hadits Hasan Shahih].
Hadits di atas mengandung 3 wasiat Nabi yang sangat penting, yakni wasiat tentang hubungan secara vertikal manusia kepada Allah (habluminallah) dan hubungan secara horizontal sesama manusia (habluminannas).
1. Perintah Bertakwa kepada Allah Di manapun Berada
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ
Takwa yang diperintahkan Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam tidak mengenal tempat. Bertakwalah di mana pun berada, baik saat sunyi sendirian terlebih lagi ketika berada di tengah keramaian. Inilah sebenar-benarnya takwa dan merupakan takwa yang paling berat.
Imam Syafi’i rahimahullah berkata:
وقال الشافعي : أعزُّ الأشياء ثلاثة : الجودُ من قِلَّة ، والورعُ في خَلوة ، وكلمةُ الحقِّ عند من يُرجى ويُخاف
“Perkara yang paling berat itu ada 3, dermawan saat memiliki sedikit harta, meninggalkan hal yang haram saat sendirian dan mengatakan kebenaran saat berada di dekat orang yang diharapkan kebaikannya atau ditakuti kejahatannya” [Jami’ Ulum wa Hikam 2/18].
Dalam kesendirian atau ketika menyepi tanpa ada seorang pun yang mengetahui, maka dorongan untuk berbuat maksiat akan semakin besar. Namun apabila ia benar-benar bertakwa kepada Allah, maka hal demikin tidak akan terjadi. Karena ia sadar betul bahwa Allah senantiasa mengawasinya setiap saat.
Misalnya yaitu orang yang sedang berpuasa. Ketika berada di tengah keramaian, ia menahan diri, mengaku berpuasa dan berakting seolah sedang berpuasa. Namun ketika sedang sendiri, ia diam-diam berpuka puasa. Hal ini tidak akan terjadi jika memiliki rasa takut kepada Allah.
2. Tidak Menunda Melakukan Amal Sholeh
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَ
Dalam hadits tersebut Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam berwasiat agar bersegera melakukan kebaikan tatkala terjerumus dalam keburukan. Jangan beranggapan ‘jika sudah terciprat, maka tercebur sekalian saja biar basah’. Ini merupakan anggapan yang sangat keliru. Bahkan hadits ini menjelaskan perintah untuk segera bertaubat kepada Allah. Karena taubat merupakan amal shalih yang paling mulia dan harus disegerakan pengerjaannya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31)
Hadits di atas juga menjelaskan bahwa dosa atas perbuatan buruk kita dapat terhapus dengan melakukan perbuatan baik. Namun dosa yang terhapus hanyalah dosa-dosa kecil saja, karena dosa besar hanya terhapus jika pelakunya benar-benar telah bertaubat atau taubat nasuha.
Sabda Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضاَنُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ
“Shalat 5 waktu, dari Jumat ke Jumat selanjutnya, serta Ramadhan ke Ramadhan adalah sebagai penghapus dosa di antara waktu itu, selama menjauhi dosa-dosa besar.” [HR. Muslim No. 233].
Karena hanya dosa kecil saja yang terhapuskan oleh perbuatan baik, maka ketika seseorang terjerumus dalam dosa dan maksiat wajib baginya untuk segera bertaubat, melakukan amal shalih dan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatannya tersebut.
3. Memiliki Akhlak Mulia
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Wasiat yang terakhir yaitu perintah untuk memiliki akhlak yang mulia dalam hubungan sesama manusia. Contoh yang paling mudah dalam berakhlak mulia yaitu senyuman yang diiringi wajah yang berseri ketika bertemu dengan orang lain dan bertegur sapa.
Oleh karenanya Rasulullah mengkaitkan antara akhlak mulia dengan iman yang sempurna. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya.” [HR. At-Tirmidzi No. 2612, ia berkata: Hadits Shahih].
Bahkan dalam hadits yang lain disebutkan bahwa pada hari kiamat orang yang paling dekat dengan Rasulullah yaitu yang paling bagus akhlaknya. Tidak hanya itu, dengan memiliki akhlak mulia, maka akan dicintai oleh manusia yang lainnya terlebih Rasulullah.
Kepada saudara-saudara ikhwanul Muslimin, jagalah hendaknya 3 wasiat berharga ini. Wasiat yang di dalamnya terdapat hablumminallah dan hablumminannas, sehingga insya Allah kita akan menjadi insan yang dicintai oleh Allah, oleh Rasulullah, dan oleh sesama manusia. ~ Suherlin
Lalu, apa saja, dan bagaimana sajakah bentuk-bentuk aktualisasi dari sikap habluminallah dan habluminannas yang diajarkan dalam Islam?Berikut adalah contoh-contoh terkait adab manusia terhadap Allah, sang Khalik penciptanya.
Hablum Minallah
0 Komentar