PENJELASAN - IV
TAUBAT DITUJUKAN KEPADA ALLAH SWT
Barangsiapa yang meninggalkan minum khamar semata karena dokter melarangnya, dan takut jika hal itu akan mengancam kesehatannya, kemudian orang itu meninggalkannya semata karena itu, maka ia tidak dapat dimasukkan dalam kelompok orang yang taubat. Jika ia meninggalkan perbuatan itu dengan latar belakang seperti itu, maka hal itu tidak dianggap sebagai taubat.
Orang yang meninggalkan zina, semata karena ia terkena aids, atau takut terkena penyakit itu, atau penyakit-penyakit kelamin lainnya, sehingga ia takut terhadap keselamatan dirinya, kemudian ia meninggalkan zina, maka itu bukan taubat yang sebenarnya.
Orang yang meninggalkan penyalahgunaan obat bius, semata karena takut ditangkap polisi dan ancaman hukuman mati, maka ia bukan orang yang bertaubat, dan meninggalkan perbuatan itu bukan taubat.
Orang yang uangnya habis di meja judi, kemudian ia meninggalkan judi itu, karena tidak memiliki uang lagi serta kekayaannya sudah habis, saat itu ia tidak dapat dikatakan telah bertaubat, dan ia tidak termasuk dalam golongan orang yang taubat.
Orang yang menghardik ayahnya, kemudian orang tuanya tidak memberikannya harta dan warisan, dan anak itu kemudian menyesal dari sikap membangkang terhadap orang tuanya itu, maka penyesalannya itu bukan suatu taubat, bukan pula bagian darinya, karena ia menyesal semata karena tidak mendapatkan dunia, bukan karena telah melakukan kemaksiatan kepada Allah SWT.
Al-Quran kita temukan berbicara tentang dua anak Adam. Ketika yang jahat membunuh saudarnya yang baik, kemudian ia membawa-bawa mayat saudarnya itu dalam waktu lama, dan ia tidak tahu bagaimana menguburkannya, karena itu adalah kematian yang pertama dalam sejarah manusia:
"Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal. (QS. al Maaidah: 31)
Penyesalan saudara yang jahat ini bukan dari kemaksiatannya kepada Allah SWT, atau karena ia telah membunuh saudaranya, namun semata karena ia membawa-bawa mayat itu dalam waktu yang cukup lama, serta ia tidak tahu bagaimana menguburkannya, oleh karena itu penyesalannya itu tidak berguna baginya.
Namun ketika musibah-musibah dunia dan kerugiannya menggerakan keimanan dalam hati manusia, mendorongnya untuk membacaa ulang dirinya, dan membuat dirinya mengingat akhiratnya, saat itu ia telah melakukan taubat. Dan insya Allah taubatnya itu diterima.
Istighfar
إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً
Al Quran menyampaikan kepada kita bahwa Rasul-rasul Allah yang diutus kepada bangsa-bangsa diprintahkan untuk beristighfar. Secara sendiri atau bersamaan. Seperti disebutkan al Quran tentang Nuh dan dakwahnya kepada kaumnya:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراًيُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراًوَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً
Dan seperti Allah SWT menyebutkan tentang Huud dan dakwahnya kepada kaum Aad, yaitu ia berkata:
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلاَ تَتَوَلَّوْاْ مُجْرِمِينَ
Juga Nabi Shaleh yang mengajak kaum Tsamud:
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحاً قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ الأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُّجِيبٌ
Demikian juga Syu'aib kepada kaum Ahli Madyan:
وَاسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَدُودٌ
Dan Allah SWT berfirman kepada Rasul-Nya yang terakhir; Muhammad SAW:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ وَوَيْلٌ لِّلْمُشْرِكِينَ
Istighfar yang hakiki juga mengandung taubat. Sebagaimana taubat juga mengandung istighfar. Dan keduanya mewakili yang lain ketika disebut secara terpisah.
Sedang jika disebutkan secara tersendiri dalam sebuah redaksi, seperti dalaam redaksi: "Dan mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya", maka istighfar di situ bermakna: meminta perlindungan dari kejahatan akibat dosa yang telah dilakukannya. Sedangkan taubat bermakna: kembali dan meminta perlindungan dari kejahatan yang mungkin terjadi aqkibat perbuatan-perbuatannya yang buruk.
Imam Ibnu Qayyim berkata: di sini ada dua dosa. Dosa yang telah lampau, istighfar darinya bermakna: meminta perlindungan dari kejahatannya, serta dosa yang ia takutkan akan terjadi. Sedangkan taubat darinya bermakna: bertekad untuk tidak mengerjakannya lagi. Sedangkan kembali kepada Allah SWT mencakup dua jenis: kembali kepada-Nya untuk menjaga diri dari kejahatan akibat perbuatan yang telah dikerjakannya. Serta kembali kepada-Nya untuk menjaga diri dari kejahatan dirinya serta perbuatan buruknya di masa mendatang.
Istighfar di sini juga usaha untuk menghilangkan bahaya. Sedangkan taubat adalah meminta manfaaat yang dapat diraih. Maghfirah adalah: agar ia dijaga dari bahaya kejahatan dosanya. Sedangkan taubat adalah agar setelah ia dijaga dari kejahatan itu ia mendapatkan apa yang ia senangi. Dan keduanya mengandung yang lain jika disebut secara terpisah. (Madaarij Salikin: 1/308, 309)
Kebutuhan manusia akan maghfirah Allah SWT adalah kebutuhan pokok. Karena nikmat-nikmat Allah SWT yang dicurahkan kepadanya tidak terhitung. Sementara kekurangannya dalam menjalankan hak Allah SWT tidak dapat diingkari pula. Maka jika ada manusia yang berkata: aku telah menjalankan hak Allah SWT seluruhnya, dan tidak sedikitpun aku kurang menjalankan hak itu, maka perkataannya itu sendiri adalah sebuah dosa. Karena itu adalah jelas-jelas kesombongan dan bangga dengan diri sendiri. Oleh karena itu, seluruh manusia membutuhkan maghfirah. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاء وَالْأَرْضِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنجِيكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dari kebutuhan manusia akan maghfirah itu, tumbuh kebutuhannya akan istihgfar. Dan ia tidak pernah bebas dari kebutuhan ini, malam atau siang. Seperti ia tidak dapat membebaskan dirinya dari kebutuhan akan makanan dan minuman. Seperti difirmankan Allah SWT dalam hadits qudsi yang terkenal yang diriwayatkan oleh Nabi SAW dari Rabbnya Azza wa Jalla:
"Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian melakukan dosa pada malam dan siang hari, dan Aku mengampuni dosa-dosa seluruhnya, maka mintalah ampunan kepada-Ku niscaya Aku ampuni kalian." [Hadits diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abi Dzar]
"Demi Dzat Yang jiwaku berada dalam kekuasan-Nya, seandainya kalian tidak berbuat dosa niscaya Allah SWT akan menghapuskan kalian dari muka bumi dan mendatangkan makhluk lain yang melakukan dosa kemudian meminta ampunan kepada Allah SWT dan Allah SWT pun mengampuni mereka." [Hadits diriwaytkan oleh Ahmad dan Muslim dari Abi Hurairah. Sahih Jami' Shagir No. 7074]
لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِّنَ اللّهِ وَاللّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِالصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالأَسْحَارِ
Firman Allah SWT:
وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلاَّ أَن قَالُواْ ربَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Sebelum mereka meminta kekuatan dan kemenangan kepada Allah SWT , mereka meminta maghfirah dari dosa-dosa dan sikap berlebihan mereka dalam kehidupan. Dalam hal ini mereka menuduh diri mereka sendiri dengan perlakuan dan tindakan yang berlebihan, bukan menuduh Allah SWT bahwa Dia mengecewakan dan tidak menolong mereka!
Dalam surah itu pula terdapat pembicaraan tentang "ulul albab", yaitu mereka berdo'a kepada Allah SWT dengan beberapa do'a. Di antaranya adalah:
رَّبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِياً يُنَادِي لِلإِيمَانِ أَنْ آمِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الأبْرَارِ
Dalam surah yang lain, Allah SWT memuji kaum muttaqin yang berbuat baik dari sekalian wali-wali Allah SWT. Firman Allah SWT:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍآخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَكَانُوا قَلِيلاً مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Al Hasan berkata: mereka beramal pada malam hari, dan hanya tidur sedikit dari malam itu, itu mereka lakukan hingga menjelang subuh, dan pada saat itu mereka melakukan istighfar.
Alangkah anehnya! Mereka mengisi malam dengan ibadah dan shalat, kemudian pada menjelang subuh mereka beristighfar! Seakan mereka masih merasa kekurangan dan kesalahan diri mereka.
Ibnu Katsir berkata: terdapat dalam hadits-hadits sahih dari beberapa orang shabat dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT turun pada tiap malam ke langit dunia, hingga sepertiga malam yang terakhir, dan berfirman: Apakah ada orang yang meminta taubat hingga Aku berikan taubat kepadanya? Apakah ada yang meminta ampunan hingga Aku berikan ampunan kepadanya? Apakah ada orang yang meminta hingga aku kabulkan permintaannya? Hingga datang fajar".
Kewajiban beristighfar itu makin kuat bagi orang yang sedang jatuh dalam kemaksiatan dan dosa. Karena siapa yang bisa menghindarkan dirinya sama sekali dari perbuatan dosa? Di sini istighfar berfungsi sebagai perangkat untuk menghilangkan kekurangannya, dan yang dapat mencucinya dari kotoran dosa.
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
وَمَن يَعْمَلْ سُوءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللّهَ يَجِدِ اللّهَ غَفُوراً رَّحِيماً
0 Komentar