Translate

Menelusuri Kesesatan Ajaran Kristen


DOSA DAN PENEBUSAN DOSA
Marilah kita umpamakan, demi suatu dalil, bahwa Adam Hawa benar-benar  telah melakukan dosa sebagaimana diterangkan dalam Perjanjian Lama dan  telah dijatuhi hukuman sesuai hal itu. Menurut kisah yang berlaku,  hukuman itu tidak hanya dijatuhkan kepada mereka tetapi juga kepada  seluruh anak keturunan mereka. Sekali hukuman itu telah ditentukan dan  dijalankan, mengapa harus ada hukuman lainnya?

Sekali suatu dosa telah dihukum; sudah selesai. Sekali suatu  keputusan telah ditetapkan, tidak satu pun yang berhak menambahkan  hukuman demi hukuman lebih banyak lagi secara terusmenerus.

Dalam kasus  Adam dan Hawa, tidak hanya tentang mereka telah dikecam secara keras dan dihukum melebihi dosa yang telah mereka lakukan, tetapi bentuk hukuman yang telah diteruskan kepada anak keturunan mereka sendiri, juga sangat  layak dipertanyakan. Tentang hal itu sudah cukup banyak kami utarakan.

Yang sedang kami coba tunjukan adalah suatu pelanggaran yang jauh lebih  keji terhadap keadilan yang mutlak.

Mendapat hukuman secara terus-menerus karena dosa-dosa nenek-moyang  kita adalah suatu hal tersendiri, tetapi terpaksa melanjutkan dosa  sebagai akibat kesalahan nenek-moyang seseorang adalah suatu hal yang  buruk sekali. Marilah kita simak realita-realita nyata dalam apa yang  dialami manusia, dan mencoba memahami falsafah Kristen tentang kejahatan  dan hukuman dan kaitannya dengan pengalaman hidup kita sehari-hari.

Misalnya suatu keputusan telah ditetapkan bagi seorang penjahat, yang bobotnya jauh lebih berat serta lebih keras dari kejahatan yang telah  dilakukan. Hal itu tentu dapat menimbulkan kecaman kuat dan keras dari  setiap orang berakal sehat terhadap suatu hukum yang berat dan tidak  seimbang seperti ituAtas dasar pandangan ini sangat sulit bagi kita  untuk mempercayai bahwa hukuman yang telah dijatuhkan terhadap Adam  akibat dosanya itu berasal dari suatu Tuhan Yang Adil.

Ini tidak hanya masalah hukuman yang tidak seimbang. Ini adalah suatu hukuman yang berdasarkan pemahaman Kristen terhadap perbuatan  Tuhan--telah merentang melewati jangka masa kehidupan Adam dan Hawa  serta telah diteruskan generasi demi generasi kepada anak keturunan mereka. Anak keturunan yang menderita akibat hukuman orang tua mereka  itu sendiri; sebenarnya sudah merupakan suatu bentuk yang lebih jauh  dari pelanggaran terhadap keadilan melampaui batas-batas terakhirnya. Namun kita tidak membicarakan hal itu.

Jika kita sedang sial menyaksikan  suatu keputusan yang ditetapkan oleh seorang hakim zaman sekarang – yang membuat anak-anak, cucu-cucu, cicit-cicit, dan seterusnya demi  seorang penjahat, menjadi terpaksa oleh hukum melanjutkan perbuatan dosa  dan melakukan kejahatankejahatan serta memperoleh hukuman sesuai itu  sampai kiamat – maka bagaimana nantinya reaksi masyarakat zaman sekarang, yang telah mendapatkan suatu makna universal keadilan melalui peradaban?

Pembaca hendaknya diingatkan di sini, bahwa konsep Dosa Warisan  hanyalah suatu kesalahan dalam penafsiran yang dilakukan oleh Paulus.  Konsep itu tidak dapat dikaitkan secara benar kepada ajaran-ajaran  Perjanjian Lama. Terdapat banyak bukti yang menentang hal itu dalam  kitab-kitab Perjanjian Lama. Pada abad ke-5, Augustina, Bishop dari  Hippo, terlibat dalam perlawanan dengan gerakan Pelagian, mengenai  persengketaan tentang tergelincirnya Adam dan Hawa.

Dia menyatakan  gerakan Pelagian melakukan penyimpangan sebab gerakan itu menganggap  dosa Adam hanya berdampak pada diri Adam sendiri dan tidak pada seluruh  umat manusia, dan setiap anak lahir bebas dari dosa serta mampu menjalani kehidupan yang bersih dari dosa atas kekuatannya sendiri; dan banyak orang yang sudah berhasil melaksanakan hal itu.

Mereka yang benar telah dinyatakan sebagai pelaku penyimpangan. Siang  telah dinyatakan sebagai malam, dan malam sebagai siang. Bid’ah  dinyatakan sebagai kebenaran, sedangkan kebenaran dinyatakan sebagai  bid’ah.

PENGALIHAN DOSA
Marilah kita simak kembali permasalahan bahwa Tuhan tidak mengampuni orang-orang berdosa tanpa menghukum mereka, sebab hal itu bertentangan  dengan rasa keadilan-Nya. Seseorang jadi tercekam menyadari bahwa selama  berabad-abad orang-orang Kristen telah mempercayai sesuatu yang sama  sekali di luar jangkauan daya nalar manusia dan bertentangan dengan akal  sehat manusia. Bagaimana mungkin Tuhan dapat mengampuni seorang pendosa  hanya karena seseorang lainnya yang tidak berdosa secara sukarela telah  mengambil alih hukuman tersebut?

Jika Tuhan telah melakukannya, berarti  pada saat itu Dia melanggar prinsip-prinsip dasar keadilan. Seseorang  yang berdosa harus menanggung dosa-dosanya itu. Ringkasnya, berbagai  macam permasalahan yang rumit pada manusia akan muncul jika hukuman  dialihkan ke orang lain.

Para theolog Kristen membantah bahwa pengalihan hukuman semacam itu, tidaklah melanggar prinsip keadilan mana pun, sebab hukuman orang itu ditanggung secara sukarela oleh orang yang tidak berdosa tersebut. Apa pendapat kalian dalam kasus seorang pengutang, kata mereka, yang menanggung utang berlebihan di luar kemampuan nya untuk melunasi, dan seorang dermawan yang takut kepada Tuhan, mengambil keputusan untuk membebaskan orang itu dari bebannya dengan cara dia sendiri yang membayarkan utang orang tersebut?

Jawaban kami adalah, memang kami sangat memuji sikap kedermawanan, kebaikan dan pengorbanan yang begitu  besar. Namun, apa reaksi seseorang yang mengajukan pertanyaan kepada  kita sebagai berikut, yakni jika hutang itu mencapai triliun poundsterling dan tampil seorang dermawan yang mengeluarkan satu sen  dari sakunya, meminta supaya seluruh kewajiban si penghutang tersebut  dihapuskan dengan ganti uang sen yang telah diberikan?

Yang kita dapati  dalam kasus Yesus Kristus yang telah mempersembahkan dirinya untuk dihukum, demi dosa-dosa seluruh umat manusia, ketidak-seimbangannya  adalah jauh lebih aneh. Sekali lagi, ini tidak hanya tentang satu orang  penghutang tentang miliaran orang yang tidak sanggup melunasi hutang, yang lahir dan yang bakal lahir hingga Hari Kiamat.

Namun tidak hanya itu. Menjabarkan kejahatan melalui contoh seorang penghutang yang meminjam uang dari seseorang lainnya, menampilkan suatu definisi yang sangat naif tentang dosa yang pernah saya dengar. Skenario  yang telah dipaparkan ini memang patut mengambil perhatian kita agak  lama sebelum kita beralih kepada aspek-aspek lain kejahatan dan hukuman.

Mari kita pertimbangkan kasus seorang penghutang, kita sebut saja si  A, yang meminjam uang 100.000 pound dari si B. Jika seorang dermawan  kaya, atas dorongan penuh perasaannya, secara sungguh-sungguh dan tulus ingin meringankan beban si penghutang, ketentuan undangundang umum yang mensyaratkannya untuk membayar kepada si B sebesar hutang si A  kepadanya. Namun, andaikan dermawan hipotetis (yang bisa saja dianggap  benar, tetapi belum terbukti kebenarannya) itu tampil ke depan dengan  suatu permohonan supaya si A dibebaskan dari tanggung-jawabnya untuk  membayar kepada si B dan sebagai gantinya dia bersedia dipukul sedikit  atau dipenjarakan paling lama tiga hari tiga malam.

Bila hal ini benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata, sungguh akan menyenangkan  dalam menyaksikan wajah mencengangkan para hakim yang sangat terkejut dan wajah B si pemberi hutang yang sangat malang. Namun, si dermawan itu masih harus melengkapi permintaannya berupa pengampunan. Lebih lanjut dia menetapkan: "Wahai Tuhan-ku, tidak hanya itu yang aku inginkan  sebagai imbalan pengorbananku. Aku menghendaki supaya segenap penghutang  di seluruh alam raya ini, yang hidup sekarang-maupun yang bakal lahir hingga Hari Kiamat, dibebaskan dari seluruh tanggung-jawab mereka sebagai imbalan terhadap penderitaan saya selama tiga hari tiga malam."  Pada titik ini pikiran orang akan jadi kacau.

Bagaimana seseorang ingin mengajukan kepada Tuhan, Tuhan Yang Maha  Adil, bahwa mereka yang hasil-hasil kerja keras mereka telah dirampas,  atau simpanan-simpanan bagi kehidupan mereka telah dirampok, seharusnya memperoleh ganti rugi, paling tidak hingga batas-batas tertentu. Namun  Tuhan orang Kristen, tampaknya jauh lebih baik hati dan lebih bersikap  mengampuni terhadap pelaku kejahatan dibandingkan terhadap orang tak  berdosa yang menderita di tangan pelaku kejahatan itu.

Ini benar-benar  suatu rasa keadilan aneh, yang menghasilkan pengampunan-pengampunan bagi  para perampok, perampas, penganiaya anak-anak, penyiksa orang-orang tak  berdosa, dan pelaku segala macam kejahatan biadab terhadap manusia, yang  diperoleh karena mereka beriman kepada Yesus Kristus pada saat-saat  menjelang ajal mereka. Betapa tidak terhitungnya besar hutang yang mereka ambil dari para korban mereka yang sengsara itu? Apakah  keberadaan Yesus beberapa saat dalam neraka cukup membersihkan mereka  dari kesalahan keji sepanjang hidup mereka yang belum dijatuhi hukuman,  yang berkelanjutan generasi demi generasi.

HUKUMAN MASIH TERUS DIBERIKAN
Marilah kita pertimbangkan suatu kategori kejahatan yang berbeda dan  lebih serius, yang dampak-dampaknya yang tidak dapat diterima oleh  fitrat manusia sebagai sesuatu yang dapat dialihkan. Misalnya, seseorang secara biadab menyiksa seorang anak bahkan memperkosa dan membunuhnya. Perasaan-perasaan manusia tanpa diragukan lagi telah dilanggar sampai  batas yang tidak tertanggungkan.

Andaikan saja orang seperti itu tetap  menimbulkan penderitaan demikian dan lebih besar dari itu, di sekitar dirinya, tanpa sempat tertangkap dan diadili. Setelah dia menjalani  hidupnya yang penuh kejahatan itu tanpa memperoleh hukuman melalui  tangan-tangan manusia, pada saat dia mendekati kematiannya dia mengambil  sikap untuk menghindarkan dirinya dari hukuman yang jauh lebih besar  pada Hari Pembalasan, tiba-tiba saja dia akhimya mengimani Yesus Kristus sebagai juru selamatnya.

Apakah seluruh dosanya serta-merta akan lenyap sama sekali dan dia akan dibiarkan melayang ke alam lain dalam keadaan bebas dari dosa seperti bayi yang baru lahir? Mungkin orang yang menunda keimanannya terhadap Yesus hingga menjelang kematiannya terbukti lebih cerdik daripada orang yang beriman pada masa-masa awal kehidupannya.

Bagi orang-orang yang beriman lebih awal senantiasa terdapat bahaya  untuk melakukan dosa-dosa setelah beriman dan jatuh menjadi korban makar-makar serta kejahatan syaitan. Mengapa tidak kalian tunggu saja  sampai ajal mendekati kalian, sehingga memberikan peluang dan waktu yang  sempit bagi syaitan untuk merampas keimanan kalian terhadap Yesus?

Suatu kehidupan yang bebas penuh kejahatan dan kesenangan di dunia ini,  dan suatu kelahiran kembali dalam bentuk pengampunan yang abadi, memang  suatu jual-beli yang licik.

Apakah ini suatu kebijaksanaan tentang keadilan yang dinisbahkan oleh  orang-orang Kristen kepada Tuhan? Rasa keadilan semacam itu atau Tuhan  seperti itu sendiri sama sekali tidak dapat diterima oleh akal sehat  manusia, yang Dia sendiri telah menciptakannya, tanpa mampu membedakan  antara yang benar dan yang salah.

Menyimak pertanyaan yang sama, berdasarkan pengalaman dan pemahaman manusia, seseorang memiliki hak untuk mengecam falsafah tersebut sebagai sesuatu yang tidak berarti dan tidak memiliki dasar. Falsafah itu tidak  memiliki enyataan dan hakikat. Pengalaman manusia mengajarkan kepada  kita, bahwa selamanya merupakan hak istimewa bagi orang-orang yang  menderita di tangan pihak lain untuk mengampuni atau tidak mengampuni.

Kadang-kadang pemerintah-pemerintah, dalam rangka merayakan suatu hari kegembiraan nasional atau pun untuk hal-hal lainnya, memberikan pengampunan kepada para kriminal tanpa pilih bulu. Namun amnesti itu sendiri tidak membenarkan sikap pengampunan terhadap orang-orang yang  telah melakukan beberapa kerusakan yang tidak dapat diperbaiki dan yang  telah mengakibatkan penderitaan berkepanjangan terhadap sesama manusia  lainnya yang tidak berdosa.

Jika sikap memberi pengampunan tanpa pilih  bulu dapat dibenarkan dalarn ukuran apa pun oleh suatu pemerintahan dan  jika hal itu tidak dianggap oleh para theolog Kristen sebagai suatu  pelanggaran terhadap rasa keadilan, maka mengapa mereka tidak  mengalamatkan kebaikan yang sama itu terhadap Tuhan dan menyerahkan  kepada-Nya hak untuk memberi ampunan bagaimana dan kapan saja Dia kehendaki? Padahal Dia adalah Maha Kuasa, Pencipta dan Pemilik segala sesuatu.

Jika Dia mengampuni seseorang atas suatu kejahatan yang telah dilakukan orang itu terhadap orang lain, Sang Maha Kuasa ini memiliki  kekuatan tak terbatas untuk mernberikan ganti rugi terhadap pihak yang  telah dirugikan dengan cara demikian baik, sehingga membuat orang [yang  dirugikan] itu benar-benar puas terhadap keputusan-Nya. Dengan demikian apa perlunya pengorbanan Anak-Nya yang tidak berdosa itu? Hal ini  sendiri sudah merupakan suatu penghinaan terhadap keadilan. Kita  terlahir dengan fitrat yang seirama dengan sifat-sifat Tuhan. Dia telah  menyatakan dalam Bibel:

Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita." (Kejadian 1:26)

Mengenai hal yang sama, Dia berfirman dalam Alquran Suci: Dan  turutilah fitrat yang diciptakan Allah, yang sesuai dengan fitrat itulah  Dia telah menciptakan umat Manusia. (Ar Rum : 31)

Prinsip ini, yang sama-sama umum bagi umat Kristen maupun Islam, menghendaki supaya dalam keadaan tertentu akal sehat manusia menjadi cermin sifat-sifat Tuhan. Ini merupakan suatu hal yang terjadi dalam  kehidupan kita sehari-hari, yakni sering kita mengampuni tanpa harus  melanggar rasa keadilan sedikit pun. Jika secara pribadi kita melakukan  kesalahan lalu terhadap kejahatan yang dilakukan terhadap diri kita,  kita dapat memberikan pengampunan.

Jika seorang anak menyakiti orang tuanya dengan cara tidak patuh atau mengakibatkan kerusakan beberapa  barang rumah tangga yang berharga, atau mengakibatkan tercemarnya nama baik mereka, dia telah melakukan dosa terhadap mereka. Orang tuanya dapat saja memaafkannya tanpa dicerca dan dikecam oleh akal sehat mereka  karena melanggar rasa keadilan. Namun jika anak mereka menghancurkan  harta benda tetangga mereka, atau melukai anak orang lain, bagaimana  mereka dapat mengambil keputusan untuk memaafkan anak demikian, hal itu  akan dianggap sebagai suatu sikap yang tidak adil oleh akal mereka  sendiri.

Kejahatan dan hukuman memiliki hubungan yang sama seperti halnya  sebab dan akibat dan dalam tingkat tertentu keduanya harus seimbang.  Aspek hubungan antara kejahatan dan hukuman ini sudah diperbincangkan cukup panjang dengan menampilkan sikap keliru seseorang dalam hal  keuangan terhadap orang lain. Dalil yang sama berlaku lebih berat  terhadap kejahatan-kejahatan lain, seperti melukai, merampok atau membunuh orang-orang yang tidak berdosa atau merusak kehormatan mereka  dalam bentuk apa pun. Semakin besar bobot suatu kejahatan, semakin berat  pulalah bentuk dan tingkat hukuman yang dapat dibayangkan oleh  seseorang.

Jika Tuhan dapat mengampuni semua orang, sebagaimana saya percaya bahwa Dia dan hanya Dia-lah yang dapat melakukannya, maka  masalah Penebusan Dosa yang menghukum seseorang tidak berdosa sebagai gantinya, tidak berfungsi sama sekali. Jika masalahnya adalah pengalihan  hukuman seorang pelaku kejahatan kepada orang lain yang tidak berdosa yang telah bersedia untuk itu, maka keadilan, paling tidak, menuntut  supaya hukuman tersebut dialihkan sepenuhnya kepada orang tadi, tanpa  menambah atau menguranginya. Hal itu pun sudah cukup banyak kita  bicarakan.

Apakah orang-orang Kristen percaya bahwa tuntutan keadilan ini telah diterapkan oleh Tuhan-Bapak dalam kasus Yesus Anak Tuhan? Jika memang  demikian, berarti seluruh hukuman bagi segenap pelaku kejahatan dari  kalangan Kristen yang telah lahir pada zaman Kristus atau yang lahir sesudah itu hingga Hari Kiamat, telah dihimpun, dipadatkan dan dikumpulkan menjadi suatu bentuk neraka yang begitu hebatnya sehingga  penderitaan Yesus Kristus yang hanya tiga hari tiga malam itu telah mengimbangi siksaan seluruh hukuman yang sepantasnya telah diterima  maupun yang bakal diterima oleh para pelaku dosa tersebut di atas hingga  Hari Kiamat.

Jika demikian, seharusnya tidak ada orang Kristen yang  pernah mengalami hukuman di bumi ini dari suatu pemerintahan Kristen  manapun. Jika tidak, hal itu akan sama saja seperti suatu sikap yang sangat tidak adil. Yang seharusnya dilakukan oleh pengadilan setelah menjatuhkan keputusan bersalah [terhadap seorang warga Kristen] adalah meminta orang Kristen pelaku kejahatan itu supaya berdoa kepada Yesus  Anak Tuhan agar menyelamatkannya. Dan perkaranya harus dihentikan dan  ditutup setelah itu. Hal itu sesederhana kasus pengalihan buku dan  rekening kejahatan seseorang kepada buku rekening Yesus Kristus.

Sebagai ilustrasi marilah kita tampilkan Amerika Serikat dalam fokus  yang lebih tajam mengenai kondisi kejahatan di sana. Kejahatan-kejahatan  merampok dan membunuh begitu luas sehingga sulit menghitungnya. Suatu  kali saya teringat di New York, saya mendengar sebuah stasiun radio yang sepenuhnya diperuntukkan bagi berita kejahatan-kejahatan besar. Sungguh suatu hal yang mengerikan. Begitu menyakitkan sehingga saya hanya mampu  mendengarnya setengah jam saja, tidak lebih dari itu.

Hampir setiap  lima menit terjadi sebuah pembunuhan baru di Amerika dan hal itu diberitakan, kadang-kadang dengan pemberitaan mengerikan yang disampaikanpara wartawan yang benarbenar menyaksikan peristiwa pembunuhan itu sedang berlangsung. Kami tidak bermaksud memaparkan gambaran rinci tentang kejahatan di Amerika, tetapi sudah diketahui  secara umum bahwa sekarang ini Amerika tampil paling atas dalam daftar negara tempat merajalelanya segala macam kejahatan; khususnya di  kota-kota besar seperti Chicago, New York dan Washington. Di New York, perampokan sudah biasa terjadi; demikian pula penyerangan terhadap  penduduk tak berdosa yang takut melawan. Kejadian seharihari ini  menimbulkan suatu gambaran yang sangat menjijikkan tentang pengrusakan  dan pembunuhan hanya untuk hal-hal yang sepele.

Dengan mengenyampingkan hal itu sejenak, meningkatnya pola kejahatan  di seluruh dunia, dalam kasus Amerika sendiri, seseorang tidak dapat  luput dari keterkejutannya mengenai hubungan antara konsep Kristen  tentang "Dosa dan Penebusan Dosa" dan kejahatan-kejahatan yang dilakukan  setiap hari. Walaupun mereka dapat saja meninggalkan nilai-nilai  Kristen dalam amal perbuatan mereka, tetapi paling tidak hal ini jelas  bahwa mereka memang mempercayai doktrin Kristen tentang "Dosa dan  Penebusan Dosa" dan juga mempercayai Kristus sebagai juru selamat  mereka, tetapi sayang, tidak ada gunanya.

Mayoritas pelaku kejahatan di  Amerika, jelas adalah mereka yang disebut orang-orang Kristen. Memang  orang-orang Islam dan lainnya tidak terkecuaii. Dikarenakan seluruh pelaku kejahatan itu berasal dari kalangan Kristen dan mereka percaya  pada pengorbanan sukarela Yesus Kristus demi para pelaku dosa yang  beriman, apakah mereka semua akan diampuni oleh Tuhan? Jika ya, dengan  cara apa? Kenyataannya, sebagian kecil dari mereka dapat tertangkap dan  dijatuhi sanksi oleh hukum negara, tetapi tetap saja sebagian besar dari mereka tidak tertangkap atau dijatuhi hukuman setelah mereka melakukan kejahatan-kejahatan selama beberapa tahun.

Apa yang dapat ditawarkan Kristen kepada orang-orang yang telah  dijatuhi sanksi oleh hukum dan apa yang dapat Kristen janjikan kepada  mereka yang belum tertangkap di dunia ini? Apakah kedua kelompok itu  akan dihukum dalam tingkatan yang berbeda atau akankah mereka dihukum  tanpa pilih bulu?

Dilema lainnya yang berkaitan dengan pengampunan terhadap seorang  pelaku kejahatan karena kepercayaannya terhadap Yesus Kristus, tampil  dalam suatu situasi yang tidak jelas dan tidak menentu. Misalnya,  apabila seorang warga Kristen melakukan suatu kejahatan terhadap seorang  korban tak berdosa dari kalangan bukan Kristen, dia akan diampuni  tentunya, karena berkat-berkat keimanannya terhadap Yesus. Hukuman terhadap kejahatannya akan dialihkan kepada Yesus. Namun bagaimana pula bentuk keuntungan dan kerugian si korban malang tak berdosa yang bukan Kristen itu? Yesus yang malang dan korban yang malang itu, keduanya  telah dihukum untuk suatu kejahatan yang tidak mereka lakukan.

Kemampuan-kemampuan kita akan kacau jika kita mencoba membayangkan besarnya seluruh kejahatan yang pemah dilakukan umat manusia semenjak kebangkitan Kristen hingga masa kepunahan hidup manusia. Apakah seluruh kejahatan ini telah dialihkan kepada Yesus Kristus, semoga keselamatan  dan berkat Allah berada atasnya? Apakah seluruh dosa tersebut telah  tercakup dalam penderitaan yang dialami Yesus pada masa singkat selama  tiga hari dan tiga malam? Tetap saja orang merasa aneh bagaimana mungkin  suatu lautan luas para pelaku kejahatan yang begitu hebatnya dibuat  pahit oleh racun kejahatan yang mematikan, telah dibuat menjadi manis  dan sepenuhnya dibersihkan dari dampak-dampak kejahatan mereka hanya  melalui sikap mereka yang mengimani Yesus.

Sekali lagi, pemikiran seseorang ditarik jauh ke masa lampau, ketika  Adam dan Hawa yang malang, dengan begitu lugunya telah melakukan pelanggaran pertama mereka hanya dikarenakan mereka telah ditipu dan  dijebak secara licik oleh syaitan. Kenapa dosa mereka pun tidak turut  dibersihkan? Tidakkah mereka itu memiliki keimanan terhadap Tuhan?  Apakah memiliki keimanan terhadap Tuhan Bapak merupakan suatu amal baik yang kecil, dan apakah merupakan kesalahan mereka bahwa kepada mereka  tidak pemah diberitahukan tentang keberadaan seorang "Anak” yang hidup  secara abadi dan azali bersama Tuhan Bapak? Mengapa Tuhan Anak tidak  mengasihani mereka dan memohon kepada Tuhan Bapak untuk menghukum Tuhan  Anak demi kejahatan-kejahatan mereka? Betapa mungkin seseorang  menginginkan hal itu terjadi, padahal lebih mudah untuk dihukum atas  suatu kejadian tidak mengenakan yang dialami Adam dan Hawa.

Seluruh kisah umat manusia tentu dapat ditulis kembali dalam buku  takdir. Suatu dunia yang surgawi akan tercipta, dan Adam serta Hawa tidak akan dibuang selamanya dari surga, beserta seluruh anak keturunan mereka yang tidak bahagia dan yang tidak terhingga jumlahnya. Yesus  sendiri terusir dari surga hanya untuk tiga hari dan tiga malam, dan  seharusnya demikian. Sayangnya hal ini tidak terpikirkan oleh Tuhan  Bapak maupun Yesus. Lihatlah, bagaimana dedikasi Yesus dan kenyataan  (realita) yang menarik itu telah diubah menjadi suatu dongeng yang aneh  dan tidak dapat dipercaya.


[Sumber: Kriseten Blog] [Sumber: Kriseten Blog]

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar