ADAB TERHADAP NON YAHUDI
Yudaisme menyatakan bahwa setiap orang-orang yang benar dari semua bangsa memiliki tempat di dunia yang akan datang. Yudaisme pada umumnya mengakui bahwa orang Kristen dan kaum Muslim menyembah Adonay yang sama seperti peribadatan yang dilakukan dalam Yudaisme dan mereka yang mengikuti ajaran agama mereka masing-masing dapat dianggap sama-sama benar di mata Adonay.
Namun berlawanan dengan kepercayaan populer, Yudaisme tidak mempertahankan bahwa orang Yahudi lebih baik daripada orang lain. meskipun Yudaisme menyebut kaum Yahudi sebagai umat pilihan Adonay, namun orang Yahudi tidak percaya bahwa Adonay memilih orang-orang Yahudi karena segala keunggulan secara fisik.
salah satu traktat Talmud yang membahas tentang Adab Terhadap Non-Yahudi adalah Avodah Zarah (עבודה זרה - peribadatan asing) dalam Kitab Nezikin...
בתו של ישראל לא צריך להגביל כופר, כי היא גבולות לאדם עבודת אלילים, אולם כופר עשוי להגביל את ישראל. אותו הדבר במקרה של הנקה, ישראל חייבת לא אחות של הילד של עובד אלילים, בעוד שהאחרונים, להיות תחת שליטת לשעבר, יכול לעשות זאת.
"Seorang anak perempuan seorang Israel tidak boleh membatasi orang kafir, karena ia membatasi seseorang untuk beribadah, namun kafir dapat membatasi seorang Israel. Seperti halnya dengan menyusui, orang Israel tidak boleh menjadi pengasuh anak seorang kafir, sedangkan sebaliknya, berada di bawah kendali sebelumnya, dia dapat melakukannya" (Avodah Zarah 2b)
Adonay menawarkan Torah kepada semua bangsa di bumi, dan orang-orang Yahudi adalah satu-satunya orang yang menerimanya. Cerita tradisional lainnya mengisyaratkan bahwa Adonay memilih bangsa Yahudi karena mereka yang terendah dari bangsa-bangsa lain, dan kesuksesan mereka terkait dengan berakhot (berkat) Adonay, mungkin lebih daripada kemampuan mereka sendiri.
Karena mereka menerima Torah, orang Yahudi memiliki status istimewa di mata Adonay, tetapi mereka akan kehilangan status khusus ketika mereka meninggalkan Torah. Lebih jauh lagi, berakhot yang mereka terima dari Adonay dengan menerima Torah datang dengan tanggungjawab besar; orang-orang Yahudi memiliki tanggungjawab yang lebih besar daripada non-Yahudi, sementara bagi Non-Yahudi hanya berkewajiban untuk mematuhi Ketujuh Perintah Adonay yang diberikan kepada Nabi No'akh. Sedangkan orang Yahudi bertanggung jawab untuk memenuhi 613 mitsvot di dalam Taurat, sehingga Adonay akan menghukum orang-orang Yahudi jika melakukan hal-hal yang melanggar perintah-Nya.
TUJUH PERINTAH ADONAY PADA NABI NO'AKH
Menurut Yahudi tradisional, Adonay memberikan tujuh perintah kepada Nav No'akh dan keluarganya ketika ia menyelamatkan kaumnya dari banjir besar. Perintah-perintah tsb disebutkan secara eksplisit dalam Kitab Kejadian pasal 9:
- Menjunjung tinggi keadilan
- Tidak melakukan penghujatan
- Tidak melakukan penyembahan berhala
- Tidak melakukan inscest dan perzinahan
- Tidak melakukan pertumpahan darah
- Tidak melakukan perampokan
- Tidak makan daging yang dipotong dari binatang yang hidup
Perintah ini cukup sederhana dan mudah, dan umumnya adalah apa yang dakui dunia sebagai sebagai dasar utama prinsip-prinsip moralitas. Setiap non-Yahudi yang mengikuti hukum-hukum ini memiliki tempat di dunia yang akan datang, baik itu Kristen atau Muslim. Perintah yang mengikat semua orang, karena semua orang di dunia ini adalah keturunan dari No'akh dan keluarganya.
Di sisi lain, 613 mitsvot (perintah/aturan) dari Torah hanya mengikat pada keturunan orang-orang yang menerima perintah-perintah Adonay di Sinai (Torah) dan atas orang-orang yang mengambil kuk dari perintah-perintah secara sukarela (pindah agama dari Non-Yahudi ke Yahudi).
Selain itu, perintah No'akh diterapkan lebih lunak untuk Non-Yahudi daripada 613 mitsvot untuk orang-orang Yahudi, karena orang-orang kafir tidak memiliki manfaat Lisan Torah untuk membimbing mereka dalam menafsirkan hukum.
Sebagai contoh, Adonay disembah dalam bentuk seorang laki-laki akan merupakan penyembahan berhala untuk seorang Yahudi, akan tetapi menurut Kekristenan, penyembahan Yesus bukan merupakan penyembahan berhala untuk Non-Yahudi. Dengan kata lain, penafsiran orang kafir sangat jauh berbeda karena mereka tidak memiliki manfaat Lisan Torah untuk menafsirkan hukum.
GOYIM, SYIKSAS, DAN SYKUTSIM
Kata yang paling sering digunakan bagi seorang Kafir atau Non-Yahudi adalah goy (גוי - jamak: goyimגוים). Kata "goy" berarti "bangsa" dan mengacu pada fakta bahwa Goyim adalah bangsa-bangsa lain selain B'nay Yisyra'el.
Tidak ada sedikitpun unsur penghinaan dalam kata goyim seperti yang sering dimunculkan dalam artikel-artikel Islam untuk mempropagandakan kaum Muslim. Bahkan, Torah kadang-kadang menggunakan istilah "goy" bagi orang-orang Yahudi, terutama dalam Kitab Keluaran 19: 6. Adonay berfirman bahwa B'nay Yisyra'el akan menjadi "suatu kerajaan imam dan bangsa yang kudus(Qadosy Goy)".
Karena orang Yahudi memiliki begitu banyak pengalaman buruk dengan Gerakan Anti-Semit dari Non-Yahudi selama berabad-abad, maka istilah "goy" telah dimaknai berkonotasi negatif oleh orang Yahudi, namun secara umum, istilah ini tidak lebih menghina daripada kata "kafir" (كافر) oleh kaum Muslim.
Istilah yang justru lebih menghina Non-Yahudi adalah "syiksa" (khusus bagi kaum perempuan) dan sykuts (khusus bagi kaum laki-laki). Kata-kata ini berasal dari akar Ibrani, Syin-Qof-Tsadey, berarti "menjijikkan" atau kekejian.
Kata "syiksa" ini paling sering digunakan untuk merujuk kepada wanita non-Yahudi yang berpacaran atau menikah dengan seorang pria Yahudi. Sedang Sykuts paling sering digunakan untuk merujuk kepada orang-orang yang Anti-Semit.
PERNIKAHAN ANTAR AGAMA

Banyak orang Non-Yahudi di Amerika yang mengatakan banyak orang Yahudi tidak menyukai orang-orang kafir. Sebuah kasus menjelaskan mengenai pernikahan, seorang pria Yahudi Amerika berpacaran dengan wanita Kristen, kemudian ketika akan menikah, justru orangtua dari orangtua (kakek/nenek) si Yahudi melarang dengan ucapan lugas; "She's Christian, Nope!"
Memang secara tradisional, Yudaisme tidak mengizinkan pernikahan antar agama. Torah sendiri menyatakan bahwa anak-anak dari pernikahan seperti itu akan hilang dalam Yudaisme (Ulangan 7: 3-4), tapi, The 2000 National Jewish Population Survey mencatat bahwa hanya sepertiga antar pasangan Yahudi membesarkan anak-anak mereka berasal dari golongan Reformasi dan Konservatif.
PERPINDAHAN AGAMA
Seperti dijelaskan di atas, orang-orang Yahudi memiliki banyak tanggung jawab, sedangkan Non-Yahudi tidak memilikinya. untuk dipertimbangkan sebagai orang baik dan benar di mata Adonay, Non-Yahudi hanya perlu mengikuti tujuh perintah No'akh, namun tidak diwajibkan demikian, hanya saja Adonay menjanjikan mereka akan mendapat tempat di masa yang akan datang.
Sedangkan seorang Yahudi yang harus mengikuti semua 613 perintah yang diberikan di dalam Torah. Jika seseorang berpotensi pindah agama ke Yahudi namun dia tidak akan mengikuti aturan ekstra ini, maka lebih baik baginya untuk tetap menjadi seorang kafir.
Dan sebagai orang Yahudi, jika tidak bertanggungjawab untuk satu sama lain, lebih baik bagi dia untuk menjadi seorang kafir. Oleh karena itu, revi'im memandatkan bagi yang mencoba membujuk seorang kafir yang ingin beragama Yahudi, maka harus dipastikan bahwa "calon muallaf" itu serius dan bersedia untuk memikul semua tanggungjawab ekstra tsb.
Bila seseorang memutuskan untuk mengubah agamanya menjadi Yahudi, dia akan diuji dahulu. Para calon pemeluk Yahudi harus mulai belajar agama Yahudi, hukum (halakhah), dan adat istiadat dengan dimulai dari mengamati lingkungan sekitar mereka. Proses pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu setidaknya satu tahun, karena dalam belajar agama Yahudi, harus juga paham kebaktian Syabbat dan Hari Raya (terutama Pesakh atau Paskah).
Setelah belajar selama sedikitnya setahun, maka para calon akan dibawa ke Bet-Din (Mahkamah Agama) dan akan ditentukan apakah dia siap untuk menjadi seorang Yahudi. Jika sudah melewati ujian lisan ini, prosesi perpindahan agama dilakukan.
Jika dia seorang laki-laki namun belum disunat (khitan), maka dia harus disunat dahulu (atau, jika dia sudah disunat, cucukkan peniti sedikit saja ke bagian tubuh manapun sampai teroles darah diujungnya sebagai simbolis sunat).
Berlaku bagi pria dan wanita yang berpindah agama menjadi Yahudi, mereka harus dibenamkan dalam mikvah (ritual mandi yang digunakan untuk pemurnian rohani - dalam Kekristenan disebut Pembaptisan), lalu diberi nama dari nama-nama Yahudi dan kemudian diperkenalkan ke masyarakat Yahudi.
0 Komentar