![]() |
Tahukah anda bahwa tugu Yahudi terbesar di dunia ada di Manado, Indonesia? |
YAHUDI INDONESIA
Indonesia, sebuah negara kepulauan di Asia Tenggara diapit oleh dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Hindia dan Pasifik). Sejak zaman dahulu kala, Indonesia sudah menjadi bagian dari sejarah panjang dari berbagai suku bangsa dan tradisi budaya hingga akhirnya berintegrasi melawan penjajahan untuk menjadi Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai wilayah yang diberkati Tuhan, kesuburan tanah Indonesia sangat menarik perhatian dunia. Oleh sebab itu, pada masa masih terpecah-pecah dalam bentuk wilayah-wilayah dari berbagai kerajaan, Indonesia sudah banyak dikunjungi oleh para pedagang asing seperti Arab, Cina, Eropa, Hindustan, dlsb.
Sebelumnya, masyarakat kuno Indonesia umumnya adalah penganut animisme dan dinamisme sampai akhirnya sekitar abad ke-2 M pengaruh Buddha mulai masuk ke Indonesia melalui dharma dutha ke Sumatera, Jawa, dan Sulawesi, disusul oleh Hindu pada abad ke-4 M melalui para pedagang Punjab, India.
Kerajaan Hindu pertama yang berdiri di Indonesia adalah Kutai, terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam, Kalimantan yang bertahan sekitar 1.255 tahun dari tahun 350 s.d 1605 M.
Hindu mulai berkembang di pulau Jawa pada abad kelima Masehi dengan kasta Brahmana yang memuja Siva. Pedagang juga mengembangkan ajaran Buddha pada abad berikut lebih lanjut dan sejumlah ajaran Buddha dan Hindu telah memengaruhi kerajaan-kerajaan makmur seperti Kutai, Sriwijaya, Majapahit dan Sailendra. Sebuah candi Buddha terbesar di dunia, Borobudur, telah dibangun oleh Kerajaan Sailendra pada waktu yang sama, begitu pula dengan candi Hindu, Prambanan juga dibangun. Puncak kejayaan Hindu-Jawa, Kerajaan Majapahit, terjadi pada abad ke-14 M, yang juga menjadi zaman keemasan dalam sejarah bangsa Indonesia.
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 melalui pedagang di Gujarat, India, sementara sebagian ilmuwan juga mempertahankan teori dari Arab dan Persia. Islam menyebar sampai pantai barat Sumatra dan kemudian berkembang ke timur pulau Jawa. Pada periode ini terdapat beberapa kerajaan Islam, yaitu kerajaan Demak, Pajang, Mataram dan Banten. Pada akhir abad ke-15 M, 20 kerajaan Islam telah dibentuk, mencerminkan dominasi Islam di Indonesia.
Dua abad setelah Islam, yakni abad ke-15 M, Kristen Katolik masuk ke Indonesia bersama dengan datangnya bangsa Portugis, khususnya di seputar kepualauan Ambon, Flores, dan Timor.
Sedangkan Kristen Protestan pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada abad ke-16 M yang membawa pengaruh ajaran Calvinis dan Lutheran. Wilayah penganut animisme di wilayah Indonesia bagian Timur, dan bagian lain, merupakan tujuan utama orang-orang Belanda, termasuk Maluku, Nusa Tenggara, Papua dan Kalimantan. Kemudian, Kristen menyebar melalui pelabuhan pantai Borneo, kaum misionaris pun tiba di Toraja, Sulawesi. Wilayah Sumatra juga menjadi target para misionaris ketika itu, khususnya adalah orang-orang Batak, dimana saat ini banyak dari mereka yang menjadi pemeluk Protestan.
Dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia, khususnya dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa dasar negara Indonesia adalah Ketuhanan Yang Mahaesa, dan Negara menjamin kemerdekaan setiap warganegaranya untuk memeluk agama yang diyakini serta beribadah menurut kepercayaan masing-masing. Undang-undang dasar ini secara eksplisit menyiratkan bahwa Negara menolak segala bentuk kepercayaan, keyakinan, dan agama yang tidak sesuai dengan prinsip Ketuhanan Yang Mahaesa, termasuk, tentu saja, Atheis.
BABXI
AGAMA
Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Agama yang diakui secara resmi oleh Negara melalui Departemen Agama RI dan memiliki hak-hak hukum dan perlindungan hukum di bawah naungan Dirjen Bimas (Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat) dan tercatat jumlah penganutnya paling banyak di Indonesia adalah:
- Islam
- Kristen
- Katholik
- Hindu
- Buddha
- Kong Hu Chu
Kendati demikian, Pemerintah Indonesia tidak melarang agama lain, sepanjang terbukti menganut faham monotheisme (meliputi semua theis seperti pantheisme, henoisme, unitarian monotheisme, monotheisme substansi atau ethical, dsb).
Muncul pertanyaan; apakah ada penganut agama Yahudi di Indonesia? Atau lebih tepatnya, adakah bangsa Yahudi di Indonesia?
SEJARAH YAHUDI DI INDONESIA
Ternyata sekitar abad ke-18 M sudah ada Yahudi di Indonesia dan mereka membentuk komunitas yang sangat kecil, hanya sekitar 20 orang saja. Kebanyakan dari mereka adalah Sefardim (Yahudi dari Eropa Barat dengan Bahasa Yiddisy).
Pada tahun 1850-an, pengelana Yahudi, Jacob Saphir, adalah orang pertama yang menulis mengenai komunitas Yahudi di Hindia Belanda setelah ia mengunjungi Batavia. Kebanyakan Yahudi yang hidup di Hindia Belanda pada abad ke-19 adalah Yahudi Belanda, yang bekerja sebagai pedagang atau berhubungan dengan rezim kolonial. Namun beberapa anggota komunitasnya juga merupakan imigran dari Irak atau Yaman (masa itu belum ada Republik Israel dan masyarakat Yahudi di seluruh dunia berada pada era diaspora kedua).
Sejak masa kolonial Belanda warga Yahudi sudah banyak yang berdiam di Indonesia, khususnya di Jakarta. Pada abad ke-19 dan 20 M, menjelang Belanda angkat kaki dari Indonesia, di Batavia ada sejumlah Yahudi yang membuka toko-toko misalnya di Noordwijk (kini Jl. Juanda) dan Risjwijk (Jl. Veteran); seperti Olisläger, Goldenberg, Jacobson van den Berg, Ezekiel and Son's, Goodwordh Company dll.
Jumlah warga Yahudi di Batavia -- kini Jakarta -- cukup banyak, mencapai ratusan orang dan karena fasih berbahasa Arab, oleh penduduk setempat mereka sering dikira keturunan Arab. Keturunan Yahudi di Indonesia pada masa itu memang banyak yang datang dari negara-negara Arab, karena negara Israel belum terbentuk.
Di masa kolonial, warga Yahudi ada yang mendapat posisi tinggi di pemerintahan. Di antaranya Gubernur Jenderal AWL Tjandra van Starkemborgh Stachouwer (1936-1942 M). Tapi dia menganut Kristen.
Kaum Yahudi di Indonesia memiliki persatuan yang kuat. Setiap Sabat (Yom Syabbat), mereka berkumpul bersama di Mangga Besar, yang kala itu merupakan tempat pertemuannya.
Ketika Perang Dunia II pecah (1939-1945), jumlah orang Yahudi di Hindia Belanda diperkirakan sudah mencapai sekitar 2.000 jiwa. Yahudi Indonesia menderita ketika Masa Pendudukan Jepang di Indonesia, dan mereka dipaksa untuk bekerja di kemah-kemah. Setelah perang, Yahudi yang dibebaskan menemui berbagai masalah, dan banyak yang akhirnya beremigrasi ke Amerika Serikat, Australia, atau Palestina.
Pada akhir 1960-an, diperkirakan hanya tersisa sekitar 20 orang Yahudi yang tinggal di Jakarta dan 25 orang di Surabaya. Sensus penduduk tahun 2000 mencatat orang Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai Yahudi hanya sekitar 200 orang saja. Mereka memiliki sebuah esnoga di Surabaya, Jawa Timur.
Dulu, kota Surabaya merupakan kota yang menjadi basis komunitas Yahudi, lengkap dengan sinagogenya yang kini sudah berobah fungsi menjadi hotel bintang lima berlantai tujuhbelas.
Pada tahun 1957, ketika hubungan antara Indonesia-Belanda putus akibat kasus Irian Barat (Papua), tidak diketahui secara pasti apakah seluruh warga Yahudi meninggalkan Indonesia dan sebagian keturunan mereka memilih untuk tetap tinggal, tapi orang-orang keturunan Yahudi masih dapat dijumpai meski jumlahnya tidak lagi seperti dulu. Beberapa sinagoge masih tetap diurus oleh orang-orang Yahudi Indonesia.
Indonesia, sebagai negara dengan jumlah penganut Islam terbesar di dunia, ternyata bukan tempat yang nyaman buat orang-orang Yahudi ini, karena kemudian timbul beberapa gerakan dari ormas-ormas Islam yang mengecam adanya warganegara jemaat Yahudi yang ingin beribadah dengan tenang di wilayah hukum Indonesia. Banyak sekali tindakan advokasi dari kalangan ini yang mempersempit ruang gerak Yahudi dengan berbagai isu mengenai zionisme atau konspirasi freemasonry di Indonesia. Oleh sebab itu, sangat sulit bagi Yahudi untuk mendapatkan legitimasi dari Pemerintah Indonesia guna mencegah timbulnya berbagai gejolak sosial terkait keberadaan mereka.
Meski demikian, pada umumnya warga Muslim dapat menerima mereka dengan baik seperti misalnya di Nusa Tenggara. Tidak jarang juga dari orang-orang keturunan Yahudi ini yang kemudian memeluk agama Islam atau Kristen. Dengan kata lain, di Indonesia masih ada orang Yahudi, atau keturunan Yahudi, yang memeluk berbagai agama.
Peninggalan komumitas Yahudi di Indonesia yang masih berdiri kokoh sampai hari ini adalah Gedung Bappenas di kawasan Menteng 31 Jakarta. Gedung ini pada masanya bernama "Adhuc Stat", didirikan oleh anggota Freemasonry yang beragama Yahudi dan Kristen.
BEBERAPA TOKOH KETURUNAN YAHUDI INDONESIA
- Marini Soerjosoemarno Sardi, aktris 60'an berdarah Yahudi beragama Islam, termasuk keluarga Kesultanan Mangkunegaran Yogyakarta Hadiningrat.
- Japto Soerjosoemarno (adik laki-laki Marini Sardi), politikus dan tokoh pemuda berdarah Yahudi beragama Islam,
- Nafa Urbach, aktris dan penyanyi berdarah Yahudi beragama Kristen (sebelumnya Islam) sejak menikah dengan Zack Lee
- Cornelia Agatha, aktris 90'an berdarah Yahudi beragama Kristen yang terkenal sejak film serial "Si Doel Anak Sekolahan"
- Dolly Zegerius, atlit putri bridge berdarah Yahudi keturunan Belanda beragama Islam (sebelumnya Yahudi), ibunda dari Marini dan Japto
- Xaviera Hollander, penulis, bintang erotika, dan pengusaha berdarah Yahudi (tidak diketahui agamanya apa)
- Ahmad Dhani, musisi, keyboardis dan vokalis grup band DEWA19 dan The Rock berdarah Yahudi beragama Islam, konon dia mendalami sufisme Abdul Qadir Aj-Jaylaniy dan salahsatu pengagum Gusdur
- Theresa Munaf, berdarah Yahudi beragama Yahudi, istri dari Dhani Munaf dan ibunda dari Ahmad Dhani
- Johanna Petronella Mossel, guru berdarah Yahudi keturunan Belanda beragama Yahudi, istri dari Ernest Douwes Dekker (Danudirdja Setiaboedi), seorang Belanda yang menjadi pahlawan nasional, tergabung dengan "Tiga Serangkai" mendirikan organisasi politik Indische Partij
- Henk Sneevliet (Maring), seorang komunis dari partai SDAP berdarah Yahudi berketurunan Belanda, menganut atheisme
- dll.
ISU SUKU BATAK SEBAGAI YAHUDI YANG HILANG
Quote: Original Posted By Suku Batak keturunan Yahudi yang hilang
Bangsa Israel kuno terdiri dari 12 suku. Setelah raja Salomo wafat, negara Israel pecah menjadi dua bagian. Bagian Selatan terdiri dari dua suku yaitu Yehuda dan Benjamin yang kemudian dikenal dengan nama Yehuda, atau dikenal dengan nama Yahudi. Kerajaan Selatan ini disebut Yehudah, ibukotanya Yerusalem, dan daerahnya dinamai Yudea ..... (baca selengkapnya)
Belum dapat dibuktikan bahwa Suku Batak sebagai salahsatu keturunan Yahudi yang hilang, karena percampuran darah di Indonesia sudah sangat kental. Oleh sebab itu, jika memang benar Suku Batak adalah keturunan Yahudi sekalipun, tidak ada untung ruginya.
YAHUDI DI INDONESIA DEWASA INI
BBC News Indonesia terbitan 2 Juni 2018 menurunkan artikel menarik berjudul "Mengenal Yahudi di Indonesia", dan berikut adalah petikannya:
Penganut Yudaisme di Indonesia sudah ada sejak jaman Belanda, namun sampai saat ini hanya ada satu sinagoga di Indonesia yaitu di Sulawesi Utara.

Di dalam Sinagoga Shaar Hashamayim di Tondano Barat Sulawesi Utara pada Sabtu siang pertengahan Desember lalu, tampak satu keluarga, sepasang suami istri dan seorang anaknya, tengah beribadah. Ibadah Sabat di Sinagoga kali ini hanya diikuti oleh empat orang; Rabbi Yaakov Baruch yang memimpin ibadah, dan Manuel Sadonda bersama istri dan seorang anaknya.
Mereka duduk terpisah, karena tempat duduk perempuan dan laki-laki batasi dengan menggunakan sebuah "sekat" atau pembatas.
Dalam beberapa doa yang dipanjatkan, Rabbi dan Manuel terlihat menggunakan Tallit, kain ibadah yang dipakai orang Yahudi. Usai ibadah, dilanjutkan dengan perjamuan yaitu minum anggur yang dilakukan di ruangan berbeda ...... (baca selengkapnya)
KOMUNITAS PERSATUAN YAHUDI INDONESIA
KOMUNITAS PERSATUAN YAHUDI INDONESIA
Untuk berbagai kepentingan kolektif, sekaligus juga sebagai simbol identitas, di negara-negara di luar Israel di mana warganegara lokal keturunan Yahudi menetap, biasanya mereka akan membentuk komunitas-komunitas Yahudi dengan nama yang hampir sama -- berbasis nama kota atau negara -- tempat mereka bermukim. Sama seperti Yahudi di negara-negara lainnya, Yahudi Indonesia juga membentuk komunitas serupa dengan nama "The United Indonesian Jewish Community" (UIJC). Organisasi ini sudah dibentuk sejak Tahun 2009, tapi baru diresmikan pada bulan Oktober tahun 2010. UIJC dipimpin oleh keluarga Benjamin Meijer Verbrugge (Ibu Meijer Coen)
Menurut sumber dari UIJC saat ini keturunan Yahudi di Indonesia yang sudah diketahui hampir mendekati 2.000 orang. Yang sudah terdeteksi sekitar 500 orang, tersebar hampir merata di seluruh Indonesia, bahkan ada di Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat. Di Sulawesi Utara ada potensi sampai 800 orang, di Jakarta diperkirakan lebih dari 200 orang dan di Surabaya terdapat keturunan Yahudi yang juga cukup banyak jumlahnya. Selain itu anggota UIJC juga ada yang berasal dari daerah lain, di antaranya Lampung, Tangerang, Bekasi, Cirebon, Bandung, Semarang, Solo, Cilacap, Yogyakarta, dan Bali. Umumnya mereka adalah keturunan campuran antara Indonesia dengan Yahudi Belanda, Jerman, Belgia, Irak, dan Portugis. Meski demikian, bukan berarti anggota UIJC harus beragama Yahudi, karena organisasi ini hanyalah sebagai paguyuban warga keturunan Yahudi di Indonesia.
Begitu juga ada yang 'terindikasi' keturunan Yahudi yang yang berasal dari Spanyol, Portugis dan Belanda di Nusa Tenggara Timur/NTT (Flobamora). Di Maluku dan Papua juga cukup banyak jumlahnya. Saat ini anggota UIJC yang sudah terdata sekitar 100 orang dewasa, tapi terus bertambah menjadi sekitar 280 orang di seluruh Indonesia.
KOMUNITAS YAHUDI SURABAYA
Kalau UIJC lebih banyak di dominasi oleh Yahudi keturunan asal Eropa (Belanda, Jerman dan Portugis) yang berasimilasi dengan pribumi Indonesia. Umumnya banyak di antara mereka yang sudah beralih agama, dan perawakannya pun lebih "ngindonesiani" ketimbang "indo" thok!
Namun berbeda dengan Komunitas Yahudi Surabaya yang dikenal dengan nama "Israelitische Gemeente Soerabaia", Mereka adalah keturunan langsung orang Yahudi imigran dari negara Irak. Perawakan mereka masih khas Yahudi, bahkan masih mengadopsi nama-nama Ibrani. Yahudi Surabaya memiliki bangunan Sinagoga di atas tanah milik Eigendom Verponding yang dibangun oleh Joseph Ezra Izaak Nassiem tahun 1948, dan kemudian diurus oleh keluarga Sayers.
Saat ini Komunitas Yahudi Surabaya dikabarkan telah memiliki hubungan dengan komunitas Yahudi di Sulawesi Utara. Selain itu ada beberapa di antara mereka yang bergabung dengan UIJC. Jejak komunitas Yahudi Surabaya dapat ditelusuri dari pemakaman besar Yahudi di daerah Kembang Kuning, Surabaya. [update: 12-06-2019]
0 Komentar