Allah SWT berfirman:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ
وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
[Kuntum khayra ummatin ukhrijat lilnnaasi ta'muruuna bialma'ruufi watanhawna 'ani almunkari watu'minuuna biallaahi walaw aamana ahlu alkitaabi lakaana khayran lahum minhumu almu'minuuna wa-aktsaruhumu alfaasiquuna]
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS Ali Imran [3]:110).
Keterangan dan kandungan ayat:
Pertama: Pada awal ayat ini, Allah swt. memuji umat Muhammad saw. yang telah memenuhi perintah-Nya, dan menegaskan bahwa mereka adalah 'umat terbaik' yang pernah dikeluarkan. Mereka adalah sebaik-baik manusia dalam memberi nasehat, cinta kepada kebaikan, berdakwah, mengajar, membina dan dalam menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar.
Mereka benar-benar layak menyandang gelar tersebut (umat terbaik) dikarenakan amalan yang telah mereka lakukan dan karena mereka telah menggabungkan antara:
- Penyempurnaan untuk diri mereka dengan keimanan sehingga melaksanakan semua perintah.
- Penyempurnaan untuk orang lain dengan menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar, yang mencakup mengajak manusia kepada jalan Allah dan berupaya semaksimal mungkin menyelamatkan mereka dari kesesatan.
Kedua: Di akhir ayat ini, disebutkan bahwa para ahli kitab tidak beriman kecuali 'sedikit.' Kebanyakan dari mereka fasik, keluar dari ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya serta memerangi umat Islam. Andaikan mereka beriman niscaya akan mendatangkan kebaikan kepada mereka. [Lihat: Tafsir Ibnu Sa'di, halaman 112 (cetakan Luwaihiq)].
Allah SWT berfirman:
اَّ خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَن
يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتَغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً
[Laa khayra fii katsiirin min najwaahum illaa man amara bishadaqatin aw ma'ruufin aw ishlaahin bayna alnnaasi waman yaf'al dzaalika ibtighaa-a mardaati allaahi fasawfa nu'tiihi ajran 'azhiimaan].
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar".(QS An-Nisa'[4]:114)
Keterangan dan kandungan ayat:
Ayat ini menjelaskan, bahwa tidak ada kebaikan pada kebanyakan apa yang dibisik-bisikkan dan dibicarakan oleh manusia antara mereka. Jika tidak ada kebaikan, maka kemungkinannya adalah tidak bermanfaat, seperti ikut campur dalam percakapan yang sia-sia (tidak bermanfaat) sekalipun tidak dilarang. Atau bisa jadi buruk dan mendatangkan bahaya, seperti ucapan-ucapan yang dilarang, apa pun bentuknya.
Lalu Allah memberikan pengecualian sebagaimana berikut:
"Kecuali orang yang menyuruh memberi sedekah, berupa harta, ilmu atau apa saja yang mendatangkan manfaat. Bahkan boleh jadi termasuk di dalamnya, ibadah-ibadah yang manfaatnya kembali kepada pelakunya, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda nabi saw.: "Sesungguhnya setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap ucapan takbir sedekah, setiap tahlil sedekah, mengajak kepada yang makruf adalah sedekah, mencegah kemungkaran adalah sedekah dan menggauli istri adalah sedekah" [Hadis].
Berbuat ma'ruf yaitu kebaikan, ketaatan dan segala apa yang telah diketahui kebaikannya menurut syariat dan akal. "Mengadakan perdamaian di antara manusia", perdamaian tidak akan terjadi kecuali terdapat dua pihak yang berselisih dan bermusuhan. Pertentangan dan permusuhan hanya akan mengakibatkan kemudharatan dan perpecahan yang tidak terhingga. Oleh karena itu, syariat menyuruh berdamai jika terjadi persilihan masalah darah, harta dan harga diri.
Orang yang mengadakan perdamaian di antara manusia, lebih baik dari pada orang yang mengkonsentrasikan diri dalam salat, puasa dan sedekah.
Seorang yang mushlih, maka Allah pasti akan memperbaiki usaha dan amalannya, sebagaimana orang yang selalu berbuat kerusakan, maka Allah tidak akan memperbaiki amalannya, dan tidak akan mewujudkan maksudnya.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللّهَ سَيُبْطِلُهُ إِنَّ اللّهَ لاَ يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ
[Inna allaaha laa yushlihu 'amala almufsidiina]
"Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan".(QS Yunus[10]: 81)
Perbuatan-perbuatan ini jika dilakukan akan mendatangkan kebaikan, sebagaimana yang diisyaratkan dalam pengecualian pada ayat di atas. Namun demikian kesempurnaan pahala sesuatu perbuatan itu tergantung pada niat dan keikhlasan. Allah SWT berfirman:
"Barang siapa melakukan itu hanya untuk mengharapkan keridaan Allah, Kami akan memberinya pahala yang besar." Lihat Tafsir Ibnu Sa‘di, halaman 165 (cetakan Luwaihiq)
Allah SWT berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
[Khudzi al'afwa wa'mur bial'urfi wa-a'ridh 'ani aljaahiliina]
"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh." (QS Al A'raf [7]:199)
Keterangan dan kandungan ayat:
Ayat ini menghimpun tentang akhlak yang baik terhadap manusia. dengan menjelaskan kiat-kiat dalam bergaul dengan mereka yaitu dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Toleransi, yaitu menyuruh mereka agar berakhlak mulia serta melakukan amalan-amalan yang mereka sanggupi dan mereka anggap mudah sesuai dengan kondisi dan kapasitas masing-masing, dan tidak membebani mereka dengan amalan-amalan yang tidak mereka sanggupi dan tidak sesuai dengan kondisi dan kapasitas mereka. Menghargai setiap ucapan dan perbuatan baik mereka bahkan yang lebih kecil (remeh) dari itu. Mentolerir kekurangan mereka dan berusaha menutupinya, tidak meremehkan yang kecil (muda), yang kurang akalnya dan yang fakir. Akan tetapi menyikapi semuanya dengan lemah lembut, dan sesuai dengan keadaan serta membuat lapang dada mereka.
2. Menyeru kepada yang ma'ruf, yaitu berupa semua ucapan dan perbuatan yang baik serta akhlak yang mulia baik terhadap kerabat dekat ataupun jauh atau orang lain (yang tidak memiliki hubungan kekerabatan). Tebarkanlah kebaikan kepada manusia baik dengan mengajarkan ilmu yang bermanfaat, menganjurkan kebaikan, menyambung silaturahmi, mendamaikan perselisihan, nasihat yang bermanfaat, pendapat yang benar, tolong menolong dalam kebaikan dan takwa, menegur kejahatan dan membimbing untuk mendapatkan maslahat baik agama ataupun akhirat.
3. Berpaling dari orang bodoh, dan tidak membalas suatu kebodohan dengan kebodohan pula.
Maka barang siapa disakiti, baik dengan ucapan maupun perbuatan, hendaknya jangan membalasnya dengan kejahatan yang sepadan. Janganlah kamu menahan kebaikan terhadap orang telah menahan kebaikan untukmu. Sambunglah hubungan silaturahmi dengan orang yang memutuskanmu, dan hendaknya berbuat adil terhadap yang berbuat lalim terhadapmu. [Lihat: Tafsir Sa'di, halaman: 276.] (cetakan Luwaihiq)
Allah SWT berfirman:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
[Waalmu'minuuna waalmu'minaatu ba'dhuhum awliyaau ba'dhin ya'muruuna bialma'ruufi wayanhawna 'ani almunkari wayuqiimuuna alshshalaata wayu'tuuna alzzakaata wayuthii'uuna allaaha warasuulahu ulaa-ika sayarhamuhumu allaahu inna allaaha 'aziizun hakiimun]
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".(QS At-Taubah [9]:71)
Keterangan dan kandungan ayat:
Ayat ini mengandung beberapa sifat orang-orang mukmin baik pria maupun wanita, yaitu;
- Bahwa mereka satu sama lain menjadi penolong dalam menegakkan agama, kasih sayang, memberikan loyalitas dan dukungan dan dalam meraih kemenangan.
- Mereka menyuruh mengerjakan yang ma'ruf, yaitu setiap kebaikan baik itu menyangkut masalah aqidah, amal saleh atau akhlak yang mulia. Dan mereka adalah orang yang pertama melaksanakan suruhan tersebut.Mencegah kemungkaran, yaitu setiap yang bertentangan dengan yang makruf, berupa akidah yang batil, perbuatan-perbuatan buruk dan akhlak yang tidak terpuji.
- Melakukan salat dengan khusyuk, sesuai dengan syarat-syarat, rukun-rukun, dan sunah-sunah serta etikanya.
- Mengeluarkan zakat harta dengan berbagai jenisnya, dengan senang hati.
- Komitmen taat kepada Allah dan rasul-Nya.
Lalu ayat di atas menjelaskan bahwa mereka itu dikaruniai rahmat oleh Allah, yaitu mereka dimasukkan dalam rahmat-Nya disertai dengan limpahan karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana, Dia Kuat dan Perkasa. Dalam satu waktu Dia Maha Bijaksana yang meletakkan sesuatu pada posisinya. Lihat: Ibnu Sa'di, halaman 303 (cetakan Luwaihiq)
Allah Azza wa Jalla berfirman:
الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
[Alladziina in makkannaahum fii al-ardhi aqaamuu alshshalaata waaatawuu alzzakaata wa-amaruu bialma'ruufi wanahaw 'ani almunkari walillaahi 'aaqibatu al-umuuri]
"(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan".(QS Al Hajj [22]:41)
Penjelasan dan kandungan ayat:
Di dalam ayat ini Allah menyebutkan tanda-tanda orang yang membela-Nya, dan dengan ini dapat diketahui orang mengaku membela Allah dan membela agamanya, sedangkan ia tidak berperilaku seperti sifat-sifat di bawah ini, maka sesungguhnya ia seorang pembohong. Sifat-sifat itu adalah;
- "Orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi", maksudnya adalah Kami jadikan mereka memilikinya dan Kami jadikan mereka berkuasa atas bumi, tanpa ada yang menyainginya dan tanpa ada yang menentangnya.
- "Mengerjakan salat" tepat pada waktunya, sesuai dengan hukum-hukum, syarat-syarat dan rukun-rukunnya. Melakukan salat Jumat dan salat jemaah.
- "Menunaikan zakat" untuk dirinya dan yang berada di bawah tanggungannya. Deberikan kepada orang yang betul-betul berhak.
- "Menyuruh berbuat yang makruf", yaitu mencakup segala sesuatu yang makruf yang diketahui kebaikannya secara syara' dan akal, berupa hak-hak Allah dan manusia.
- "Mencegah kemungkaran" yaitu segala yang munkar menurut syariat dan akal.
Kegiatan "Amar ma'ruf nahi mungkar" ini mencakup semua sarana dan metode yang menunjang terwujudnya tujuan tersebut.
Apabila kegiatan amar makruf nahi mungkar itu baru terwujud melalui pendidikan (proses belajar mengajar), maka hal itu harus digalakkan. Apabila ia (amar ma'ruf nahi mungkar) hanya akan tegak dengan cara menerapkan sanksi-sanksi, baik yang telah ditetapkan kadarnya oleh syara' atau tidak (seperti berbagai macam hukum ta'zir), maka hal itu harus dilakukan. Begitu pula jika tergantung pada pembangkangan, maka harus pula dilakukan, dan lain-lain yang berkaitan dengan sarana untuk tercapainya tujuan amar makruf nahi mungkar.
Lalu Allah mengabarkan bahwa kepada-Nya lah kembali segala urusan. Dan Dia telah memberitahukan bahwa kesudahan yang baik itu hanyalah bagi yang bertakwa. dikabarkan bahwa segalanya kembali kepada ketakwaan.
Akhirul kata, demikianlah perintah Allah SWT dan tuntunan Rasul-Nya kepada kita sekalian untuk selalu berlomba-lomba di dalam menganjurkan kebaikan (amar ma'ruf) serta melarang sesama kita untuk berbuat yang munkar yang kami petik dari ayat-ayat Al-Qur'an dan yang dapat kita sajikan pada topik kita kali ini, semoga bermanfaat hendaknya.
Wallahu A’lam Bis Shawwab.
Alhamdulillah, segala puja dan puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Robbul ‘Alamin. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassallam beserta keluarga, istri, para shahabatnya serta pengikut mereka dalam kebajikan hingga datangnya hari pembalasan nanti.
إِنّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِي ماً َ “
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, ber-Shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah Salam penghormatan kepadanya.” (QS Al-Ahzab [33]:5)
0 Komentar